Jumat, 14 Mei 2010

anak hebat belajar mandiri

Kemandirian bukanlah keterampilan yg muncul tiba-tiba tetapi perlu diajarkan pd anak. Tanpa diajarkan, anak-anak tidak tahu bagaimana harus membantu dirinya sendiri. Kemampuan bantu diri inilah yg dimaksud dgn mandiri. Kemandirian fisik adalah kemampuan utk mengurus dirinya sendiri. Sedang kemandirian psikologis adalah kemampuan utk membuat keputusan dan memecahkan masalah sendiri.

Ketidakmandirian fisik bisa berakibat pada ketidakmandirian psikologis. Anak yg selalu dibantu akan selalu tergantung pd orang lain krn merasa tdk memiliki kemampuan utk mengurus dirinya sendiri. Akibatnya, ketika ia menghadapi masalah, ia akan mengharapkan bantuan orang lain utk mengambil keputusan bagi dirinya dan memecahkan masalahnya.

Menurut Dra. Mayke Sugianto Tedjasaputra, M.Si., dosen Psikologi Perkembangan Universitas Indonesia Jakarta, ada beberapa faktor yg mempengaruhi kemandirian anak :

1. FAKTOR BAWAAB. Ada anak yang berpembawaan mandiri, ada yang memang suka dan menikmati jika dibantu orang lain

2. POLA ASUH. Bisa saja anak berpembawaan mandiri menjadi tidak mandiri krn sikap orang tua yg selalu membantu dan melayani.

3. KONDISI FISIK ANAK. Anak yg kurang cerdas atau memiliki penyakit bawaan, bisa saja diperlakukan lebih “istimewa” ketimbang saudara-saudaranya sehingga malah menjadikan anak tidak mandiri.

4. URUTAN KELAHIRAN. Anak sulung cenderung lebih diperhatikan, dilindungi, dibantu, apalagi orang tua belum cukup berpengalaman. Anak bungsu cenderung dimanja, apalagi bila selisih usianya cukup jauh dari kakaknya.

Untuk mengajarkan anak menjadi mandiri, sangat penting bagi orang tua untuk tidak memberikan bantuan dan perlindungan yang berlebihan kepada anak.
Menurut Dra. Tjut Rifameutia Ali-Napis, M.A, dosen Psikologi Pendidikan dari Universitas Indonesia, bantuan berlebihan bisa mensugesti anak bahwa ia tidak mampu melakukan sesuatu sendiri.

Ada dua alasan yang menyebabkan orang tua cenderung memberikan bantuan dan perlindungan berlebihan. Yang pertama karena khawatir. Padahal, orang tua yang terlalu khawatir akan membatasi anak untuk mencoba kemampuannya.

Bila perlindungan berlebihan berlanjut terus sejalan dengan bertambahnya usia anak, maka anak akan selalu mengharapkan bantuan orang lain setiap kali ia menghadapi masalah.

Alasan kedua, karena orang tua tidak sabar. Ketimbang menunggu anak berusaha memakai sepatunya sendiri, orang tua cenderung lekas membantu agar cepat selesai. Akibatnya, anak tidak memperoleh kesempatan untuk mencoba.

Belajar mandiri memerlukan bantuan dan bimbingan orang tua. Hasilnya akan nampak bila orang tua rajin dan konsisten memberikan stimulus. Kemandirian hanya bisa dicapai melalui suatu tahapan yang sesuai dengan perkembangan usia anak. Misalnya, anak usia 6 tahun tidak bisa begitu saja dapat makan sendiri bila tidak pernah diberi kesempatan memegang sendok sejak usia 18 bulan.

Oleh karena itu, latihan kemandirian mesti dimulai sejak dini sesuai dengan usianya. Orang tua tidak dapat hanya mengandalkan sekolah untuk menempa anak menjadi mandiri, karena anak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah ketimbang di sekolah.

Untuk dapat mengukur kemandirian anak, maka diperlukan pengetahuan mengenai kemampuan apa saja yang bisa diajarkan padanya. Bila kemampuan-kemampuan itu belum dikuasai pada usia yang seharusnya, maka si anak bisa dikategorikan tidak mandiri. Anak usia SD masih disuapi dan dimandikan, misalnya, bisa disebut sebagai anak yang tidak mandiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar